Jumat, 21 Januari 2011

ketika luka melukai luka..

Merasa sedikit lebih sehat, tapi tak jauh lebih baik. ada luka, terluka, diluka.. dan senyap yg tergagap.

Limbung..
Linglung..
Dan harapan yg menggelembung..

Dulu tak ada teras tanpa bias
Dulu air hujan adalah nyanyian,

Sampai suatu saat, hidup adalah cerita-cerita usang. Rekayasa, manipulasi, bualan, atau kiasan2 murah. Dan disini, aku kembali mengumpulkan remah-remah embun. Menelisik awan biru muda yang membungkus keintiman pagi buta..

Semua yang harus berlalu akan berlalu. pelan-pelan tapi terlampaui. Semua akan selesai. Semua akan kembali pada tempatnya masing-masing...

Pada akhirnya, disini..
Menikmati perdebatan bathin
Mencengkeram hasrat
Atau sesekali menimpuki diri dg realitas perih

Kembali luka, terluka, dilukai,
Begitu seterusnya...


.

Jumat, 14 Januari 2011

dunia kecil kita...

Huruf-huruf arab melingkari malam sunyi. Hanya ada kau, aku, dan tumpukan buku kuno yang biasa kau buka. Matamu yang lelah, tubuhmu yang mulai renta, garis2 waktu mulai sangat jelas menyapu wajahmu....

21.07 wib, Aku pulang ke rumah. Kau masih duduk di meja itu, sesekali meregangkan punggungmu yg lelah. Ada sabiq di sebelahmu, tertidur begitu pulasnya.

Kita terdiam. Waktu seperti berhenti di ubun-ubun. Lengang. Aku membatinmu sangat dalam, entah denganmu. Aku sedang mengumpulkan kalimat untuk memecah malam beku itu, tapi entah denganmu...

"Pundi bah, kula seratke....", akhirnya. "oh, iyo, garapen. Aku tak shalat. Gegerku wes bengkeng rasane...".
(Kog ra matur kaet wauuu..., bathinku)

Kau pun berlalu, menaiki tangga berkeramik hijau itu satau2, perlahan.. (Aku tau, kau pasti akan mengambil air wudhu, menggelar sajadah kumal itu, dm melepaskan dunia dari tanganmu..., sesuatu yg belom mampu kutiru... Hiks..)

Aku melihat punggungmu dari kursi tuamu. Betapa yg kau panggul tak kan mampu ku letakkan di dadaku dengan sebijaksana engkau..

Duhh.. Rabbiiii.., Wahai Yang Maha Menguasai Hati... Semoga Engkau lebihkan tenaga dn pikiranku, menggantikan saat2 beliau menggendongku dulu dengan merawat beliau di masa tuanya, membantu membuat hipertensinya tidak mengganggu perjamuannya dengan Engkau...
Atau sekedar membuat lidahku tidak manja, hingga dapat meminum kopi pahit yang beliau minum, memakan sayur hambar yang beliau makan, mengisi perutku dgn porsi sedikit seperti yang beliau lakukan..agar gula darah dn ginjalnya nya tetap stabil...

Aku benar2 berusaha mencintaimu dengan cara yg engkau mau abah..
Kita hanya berbincang dengan hati, kita hanya saling memeluk dengan mata, dan kita selalu saling melengkapi tanpa bahasa verbal.


________________
Yang mungkin tak pnah kau tau, bhw tanganku akan terus meracau seperti ini tentangmu, abah... :)

Segenap cinta dn sayang nduk,
Elly Faidah A. binti Zainudin bin Nuh,
15 desember 2010

.

Selasa, 11 Januari 2011

sabiq, sebuah cermin kecil

Saat kau tiba2 jatuh, dn tubuhmu memar, kau telfun ibu, meminta ibu segera pulang, dan menangis di pelukan ibu. Padahal ada puluhan orang disekitarmu saat itu.

Atau ketika hatimu sakit, kau hanya bisa memeluk ibu, dg isakan berat, dan air mata yg mengalir tanpa suara.

Saat fotomu bersama ayah jatuh dn terkena air hujan, kau melipatnya, menyimpannya di tmpt tersembunyi, dan menangis sendiri di balik pintu.

Atau saat masa kanak-kanakmu tersisihkan kepentingan orang dewasa di sekitarmu, kau selalu memandang ibu yg risau dg mata teduh, minta dipeluk, dn menyakinkan bahwa semua baik-baik saja.
Kadang aku butuh waktu sekian jam untuk menterjemahkan air matamu le..., Begitu sulitnya membaca kesedihanmu, tidak seperti dg begitu mudahnya semua orang tau kegembiraaanmu.

Hari ini aku belajar sekali lagi darimu le..., tentang bagaimana belajar "legowo"...

Ibu' sayang kalih sabiq... :*

.

Selasa, 21 September 2010

n u q t h a h . . .

Aku adalah satu titik di antara ke Maha Kuasa-an Mu Tuhan...
Aku tak lebih berharga dari apapun, ketika Engkau telah Berkehendak atas hidupku

Maka aku belajar menggadaikan hidupku hanya pada-Mu. Belajar menyadari, bahwa aku tak akan berkeinginan atas hidupku, kecuali menjadikannya sebagai sebuah amanat dari-Mu.

Aku adalah sebuah titik Tuhan, diantara Qadha' dan Qadarmu. Mulai belajar mengerti, bahwa Engkau Maha Berkeinginan penuh atas apa yg terjadi dan apa yang akan kujalani sepanjang hidupku.

Aku adalah sebuah titik Tuhan, diantara kepastian-Mu atas langit dan bumi. Bahwa segala kehendak-Mu adalah yang paling baik, dan keinginan serta hasratku adalah ego. Maka aku akan belajar menyeimbangkan hidupku, memohon dengan kerendahan hati, mengajak diriku sendiri, agar belajar mengerti, bahwa setiap keinginanku akan selaras dengan iradah-Mu.

Aku adalah sebuah titik Tuhan, maka bimbinglah aku, agar menjadi rendah dalam pandanganku sendiri, dan mulia di hadapan-Mu serta makhluk ciptaan-Mu

Aku berserah diri penuh pada-Mu, wahai Engkau Yang Maha membolak-balikkan hati, atas hidup dan matiku.
Maka bimbinglah aku, menuju jalan yang Engkau Ridhai..., amien.


21 september 2010,
Sebuah Refleksi Senja


.

Sabtu, 18 September 2010

ketika kian jauh

Menceritakanmu kembali, adalah luka. Bahkan ketika ingatan itu menjejali malam-malam yg terlintas, itupun luka.

Kau tak pnah lebih dari sebuah obsesi terbungkus raga nyata. Egomu berkibar gagah di tengah kenaifanku. Dan kau... tetap saja jumawa dalam gamis duniamu.

Kau tak terfahamkan, sama seperti ketidak selarasan hati dan ucapanmu. Kau membingungkan, sama seperti kepincangan waktu yang terbuai bualanmu.



Fa'mal ma syikta, fa sa ab'aduka mahlan..., kama tab'aduni thulal waqt...
Fangdzur mal waaqi'... Hehehe... ;-)

*haa ana dzaa*
(19 sept 2010)


.

Senin, 14 Juni 2010

sosok dibalik kursi tua...

Aku ingin sepertimu....

meyatu dalam malam-malam yang terbius dzikir.
menguras peluh membangun menara.
berkalung sorban bermahkota keihlasan.
garang menantang kedengkian.

Atau...
Setidaknya aku mampu menghalau riak badai dengan kearifan
Membuat semua kepala mengangguk tanpa doktrin

Betapa kau hanya cukup
Berkendara hati yang lapang menuju syurga
Beralas keteguhan hati melangkah

Tenang...
Matang...
Bijak...

Kau mampu menghitung segala hal tanpa harus matrealistis
Kau mampu merangkul dunia meski tubuhmu kian renta

Kau memang pendekar...
(Aku selalu tersenyum bila mendengar/mengatakan kalimat ini)
Kau pribadi unik
Pribadi yang angkuh, tapi bergelimang cinta
Pribadi santun, tapi keras kepala
(Tapi sepertinya aku lebih keras kepala darimu, hehehe..)
Pribadi yang mahal bermurah kata, tapi humoris

Betapa aku harus belajar banyak darimu...

Semoga Tuhan memberimu umur panjang, melipatgandakan kesabaranmu, dan melapangkan jalan rizqi bagimu. Amien.

Diantara angin yang melimbungkan batang pepadian sawah,
31 mey 2010.

.

Jumat, 28 Mei 2010

tetap HILANG >>>>>>>

Terlalu encer
Ketika butiran keypad itu
Menggerus pagi
Atau bahkan terasa tak bernyali
Ketika sekian ruangan berasap
Oleh matahari yang membakar

Oooooiy....
Senyawa memainkan keutuhan
Yang merapuh
Seakan dunia berkurang isinya
Menekan kecemasan dalam-dalam
Berharap-harap risau

Pagi yang SE-A-KAN sempurna...

Secuil puisi di batas alam rekaan
Menerka fluida yang mengaliri jantung
Dari sekian detakan yang samar
Memacu kenang-kenangan
Yang mendadak sangat biasa

"Sebuah kenyataan yang utopis",
Fuihhh....................
........................

Seperti secangkir kopiku kali ini,
Yang mendadak membuat duniaku
Super simple
Atau bahkan penuh lobang?
Waaaowww....!! Amaaaazing....!!

(Ternganga mendapati kesadaran yang berjingkat....kembali pulang ke rahim yg melahirkannya... )

EPILOG.....;
Ketika tinggal beberapa tegukan terakhir
Ampas di dasar cangkirku ternyata Sebuah perasaan hambar
"aku kehilanganmu"...
Ber-uuuuuuu-lang kali.


Bumi kering, 06 maret 2010.

.