Jumat, 07 Maret 2008

merangkum malam

"hujan...
melembutkan dirinya. mengalirkan bulir beningnya beruntun. mengisyaratkan pembangkangan terhadap siang. melibas keterbahakan matahari. maka matahari itupun tinggal mengintip risau, menjadi garis emas ditepian awan yang masih saja menggumpal"

waktu mendekati pukul 21.00 waktu kotaku. jalan-jalan semakin lengang. beberapa toko mulai menutup pintunya. beberapa anak muda mulai menyemut di tepian trotoar, mencari tempat yang benar-benar dapat menampung badan dan keinginan mereka malam ini. hanya indomaret yang masih terlihat gemerlap dengan lampu yang mampu menjadikan jalan beraspal di depannya ikut terang. malam yang dingin...setelah derai air yang terbuncah dari langit yang menangis sepanjang sore. siklus alam. terkadang terang benderang, terkadang terpejam dalam-dalam. hehehe... hanya saja terkadang kesendirianku menempatkan mendung dan gerimis itu dalam situasi yang tidak semestinya.

fffhhhhh... kog tiba-tiba berasa kosong ya? entah, isi bumi ini mulai beranjak ke peraduan serta habitatnya masing-masing, ataukah malam yang mulai lengang, sehingga mencetak kekosongan? atau justru barangkali aku yang merasa kosong di tengah-tengah gelap yang membayang? jangan-jangan... kekosongan itu ada karna tanpa sadar aku yang menciptakannya dalam diri sendiri. bukankah bumi ini tak pernah kosong? bukankah setiap matahari dan bulan melintas, selalu ada saja denyut kehidupan diantaranya?

kekosongan malam ini seperti kesunyian yang menetes. begitu sunyi, membekukan hati. aku ingin menjerit memecah waktu. melerai kelancangan angan-anganku, melerai segenap pengap yang menempuh bathin. tapi inilah ketentuan. inilah realitas halus dalam jalanku. semua telah tertulis, semua harus di jalani. aku merasa telah kehilangan dirinya, tanpa pernah memilikinya sebelumnya. perasaan semacam ini seringkali membuatku linglung dan sakit. perihnya seperti sedang menggulirkan badai dalam hati. dan aku hanya terus berusaha mengekang segala kenakalan dari mimpi yang terus saja menggoda untuk ku jadikannya nyata.

udara yang sangat dingin. sebenarnya aku masih ingin menghirupnya, meraupnya, memasoknya ke rongga jantung paling dalam. biar semua kesejukan malam ini bergema di palungnya. mencipta sensasi tersendiri disana. kalau saja abiq masi mau kuajak nongkrong di trotoar Jl. Ayani selatan sana (langgananku ngopi...kangen bu', lom sempat mampir), pasti "vario kreditan" ku dah meluncur cepat kesana. dan pasti senyum ramah pemilik warung lengkap beserta meja segi panjang kecil serta tikar lusuh di sana akan menyambutku dengan suka cita! (hehehe... narsis). kapan yo...

sudah 21.00 lewat. beberapa orang dalam rumah masih terjaga, nonton film horor lokal yang enggak banget menurutku, termasuk putra tercintaku abiq. sampai di sini, keinginanku menyeruput kopi tubruk di A. Yani masih saja kuat! (ddduh, jadi kepikiran nih...hehehe)

.

Tidak ada komentar: