Sabtu, 22 Maret 2008

petang yang tanpa rasa

aku mulai bosan dengan hujan. yang terus saja memuntahkan kebekuan. aku membenci suasana yang dibawanya padaku, membenci rasa yang digelarnya padaku. hari ini, adalah hujan yang kesekian kalinya. memagut lorong-lorong pengap jantungku

seperti kopi dengan racikan tak sempurna aku, atau roti bakar tanpa selai seujung sendokpun. hambar. tak berasa. tak berkutik. beku. beku. beku. seperti petang yang mulai deras, petang yang pekat, petang yang tak henti menghujam mata. petang yang membuat jemu

ruang 3x3 sore tadi. benar-benar memuncakkan rasa. tapi mengapa juga musti kupukul keras-keras dadaku? toh himpitannya tak luruh juga. semuapun kacau dalam kedataran. dan begitulah, akhirnya kubenamkan diri pada air dingin yang tersisa. byurrr....

.

1 komentar:

eb.32 mengatakan...

aku hanya sekedar air yang mengalir diantara kerelaan lembah dan ngarai.
Aku hanya sekedar angin yang berhembus diantara kerelaan ranting dan dedaunan.
Dan aku hanya sekedar mimpi yang hinggap pada jendela lapuk kamar-kamar pengharapan.
dan aku hanya sekedar api yang menyajikan hangat bila sang nona merasa kedinginan.

Dan kini, aku adalah pelacur yang tertuduh itu.
yang termaki karena kerelaan.
Yang terbuang karena kebosanan.
karena petangmu kini.
hadir tanpa rasa.